Ini adalah sebuah pengalaman yang berharga bagiku seorang guru yang masih harus berbenah dengan gelar kesarjanaan dan sertifikat profesional yang kumiliki.
Siang itu takkala aku akan masuk ke kantor tata usaha, sejenak langkah kakiku terhenti untuk menyapa orangtua siswa dengan anaknya. Bagiku tak asing lagi anak ini, ya... anak didikku sendiri yang tahun ini gagal naik ke kelas berikutnya, tetapi yang membuat aku terhenti dan memperhatikan keduanya ketika seorang teman guru menyodorkan surat pindah sekolah.
Ada apa Gerangan ?
apa yang membuat anak ini tak tertarik lagi sekolah disini ? akhirnya kucoba bertanya mengapa si anak pindah sekolah.
Ia memjawab : " ingin cari suasana baru Pak !' , aku tak lantas percaya, dengan sabar kuajak berbicara dengan hati, termasuk orangtuanya. Dan yang paling mengejutkan adalah anak ini merasa tidak memiliki semangat untuk sekolah lagi, salah satunya adalah karena ada "Guru" yang membuatnya tidak nyaman.
Jantungku terasa mau lepas, kerongkongan kering. Selama ini aku berjuang supaya orang tertarik dengan sekolah dimana aku bekerja, tapi ternyata seorang anak akan keluar/pindah lantaran tidak senang dengan perilaku gurunya.
Terkadang sebagai guru ingin sekali memotivasi siswanya agar maju dan berkembang, namun kadang secara tidak sadar mencontohkan siswa lain sebagai suatu "produk gagal" adalah sesuatu yang keliru. Alhasil si anak merasa Ia sedang di "Bully" guru dan teman sekelasnya yang sebenarnya lebih pantas disebut "adiknya".
Tidak Naik kelas bukan berarti Bodoh atau Bego atau Tolol atau apalah....
Mereka hanya "korban" sistem pendidikan, kalau tidak mau disebut malas....
Memberikan "label" pada seseorang anak bukan perbuatan Bijak yang harus dilakukan seorang pendidik. Kalau kondisi ini dibalik apa mau ???? Bagaimana Kalau Guru yang di bully di depan orang lain.
Aku termangu dan menerawang pengalaman beberapa tahun yang lalu , saaat aku diundang sejumlah alumni untuk datang ke Jakarta. Mereka produk yang berhasil menurut kacamataku sebagai guru, ada yang menjadi pengusaha, suplier alat berat, marketing, pekerja kantoran bahkan ada yang menjadi anggota Polri / ABRI.
Bagaimana masa lalu mereka di SMA ???
Sebagaian dari mereka termasuk level biasa-biasa saja secara akademik, bahkan ada yang pernah gagal (tidak naik kelas). Dan sekarang mereka BERHASIL dalam hidup.
Guru bukanlah Hakim yang bisa memvonis Nasib orang lain
Guru bukalah Tuhan yang menentukan Nasib orang lain...
Guru adalah Guru dan sampai kapan pun tetap menjadi guru , nasib baik Bisa jadi Kepala Sekolah.
Tapi anak-anak ini adalah Pemilik Masa Depan...
Mereka Bisa menjadi apa saja...
Mereka yang menentukan bukan kita..
Guru hanyalah membekali, ,membimbing, mengarahkan kepada sebuah tujuan baik
"Stop mem"bully"
" Stop mengintimidasi mental dan karakter mereka"
Karena Mereka Bisa menentukan Nasibnya Sendiri.
" Ketika anak Gagal mungkin dia belum menemukan Guru yang TEPAT"
Palembang, 25 September 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar